Hari raya Kuningan jatuh setiap Sabtu
Kliwon Wuku Kuningan (210 hari sekali), tapatnya sepuluh hari Galungan.
Hari Kuningan adalah hari payogan Hyang Widhi turun ke dunia dengan
diiringi oleh para dewa dan pitara pitari. Hyang Widhi datang dengan
melimpahkan karunia-Nya kepada umat manusia. Pada hari Kuningan umat
hendaknya menghaturkan bakti dan memohon kesentosaan, keselamatan,
perlindungan dan tuntunan lahir batin.
Pada hari Kuningan, sajen
(banten) yang dihaturkan harus dilengkapi dengan nasi yang berwarna
kuning. Hal ini bertujuan sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan
serta kemakmuran yang dilimpahkan Hyang Widhi. Pada hari yang sama, umat
juga membuat tamiang, endongan dan kolem yang dipasang di padmasana,
merajan dan penjor.
Tamiang ini adalah simbol penangkis dari serangan, endongan adalah
simbul tempat makanan (karena itu endongan berisi buah-buahan, tebu,
tumpeng, dan lauk-pauk) Semua ini disiapkan untuk kelangsungan upacara
hari raya Kuningan. Upacara ini sebaiknya selesai sebelum tengah hari.
Perayaan Hari Kuningan agak spesial, yaitu hanya dilakukan sampai siang hari saja. Mengapa?
Pagi
hari pada waktu suasana alam masih relatif tenang, merupakan saat yang
sangat tepat untuk melakukan Meditasi. Karena itu kita melakukan Puja
Tri Sandya pada pagi hari (saat Brahma Muhurta )
Suasana hening menghasilkan Ka – Uningan untuk memperoleh jnana yang baik, suatu pengetahuan suci spiritual.
Pengetahuan yang kita miliki bisa diperoleh dengan tiga cara yang disebut dengan Tri Pramana yaitu :
a. Agama Pramana : Mendengarkan ajaran para Guru yang diajarkan secara oral.
b. Anumana Pramana yaitu dengan menggunakan akal, daya pikir dan logika kita.
c. Pratyaksa Pramana yaitu dengan melihat langsung hal hal yang bersifat rohani.
Pada
Hari Kuningan bermakna agar kita Ka-uningan untuk memperoleh
pengetahuan dharma (samya jnana). Hal ini bisa diperoleh dengan
menggunakan Dasendriya yaitu Panca Budhindriya dan Panca karmendriya
yang juga disimbulkan dengan adanya 10 hari antara hari Galungan dan
Kuningan. Pengetahuan tersebut berupa Tattwa .
Hasil akhir yang
ingin dicapai adalah tercapainya Suddha Jnana yaitu pikira suci, untuk
menjadi orang yang Jayabaya ( menang dalam menghadapi semua halangan/
marabahaya).
Kita selalu diharapkan untuk menggali ke dalam diri
masing masing sesuai dengan makna kajeng Kliwon yang juga terletak di
tengah pangider ider. Jadi hendaknya kita kembali ke dalam diri yang
sejati sebagaimana tujuan hidup kita yakni Moksatham ja gadhita ya Cai
thi Dharma. Hari Kuningan merupakan momentum untuk mengingatkan kita
untuk selalu mencari pengetahuan yang suci untuk mengenali diri kita
yang sejati.
sumber : www.hindubatam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar